Penulis : Nora Umres
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 272 halaman
Aku pernah nolak Dido. Sekarang dia lakukan hal yang sama
dengan cara yang lebih bikin hati perih, tulis Uki di buku harian. Aku sama
sekali nggak nyangka, Diso ternyata menyimpan dendam...
Kenapa Uki nolak Dido, teman sekolah sekaligus sahabatnya
itu? Coz, dia jatuh hati kepati-pati sama cowok lain. Cowok yang jauh lebih
dewasa darinya. Cowok yang selalu bikin dadanya berdentam, bahkan hanya dengan
suara dan nada bicara. Cowok yang kemudian memupus harapan dan cintanya.
Sekaligus cowok yang ngasih dia kekuatan saat bimbang memilih, melepas atau
merengkuh Dido, dengan bilang, "Ikuti aja kata hati..."
Uki pun mendengar dan mengikuti kata hati. Sayang, dia
kembali kebentur kenyataan pahit. Dido sepertinya nggak bisa menunggu
"gayung bersambut" lebih lama lagi. Dari Rara, sahabat sekelasnya,
Uki tahu cowok terkiut di sekolah itu nonton bareng dan bergandengan mesra
dengan fotomodel bernama Silvie.
Yang Uki nggak tahu, saat dia curhat di buku harian, Dido
menulis sebait puisi untuknya:
mantra suku mana yang bisa mendekatkan hati kita?
lagu cinta siapa yang bisa menyatukan hati kita?
atau memang tak pernah ada
dan kita tapaki rel sepanjang ketakmungkinan
hujan tanpa awan?
Menjadi seorang yang bisa diperebutkan banyak orang mungkin
menjadi angan-angan sebagian wanita di dunia ini. Disukai dan diidamkan-idamkan
akan menjadikan kita merasa memiliki banyak perhatian. Itulah yang dialami Uki.
Cewek yang sangat pintar mengendalikan perasaannya dan selalu tersenyum kepada
semua orang ini, disukai atau dicintai oleh banyak pria di sekolah nya. Mulai
dari teman sebayanya, kakak kelas sampai Guru Bahasa Indonesia, memberikan
perhatian lebih pada Uki. Terutama Dido─anak
kelas sebelah yang sempat terlibat pertarungan puisi dengan salah satu orang
lain yang menyukai Uki─sangat
gencar menarik perhatian Uki dengan memberikan lelucon-leluconnya. Tapi sayang,
Uki sudah menaruh hatinya pada orang lain.
Sebuah kenyataan bahwa ia hanyalah seorang ‘sephia’ bagi orang
tersebut membuat Uki terpukul. Kemudian, dengan tiba-tiba ia mendapat teror
yang menyuruhnya untuk menjauhi orang itu. Bagaimanakah kelanjutan kisah Uki?
Siapakah peneror itu? Dan, kepada siapa Uki akan menyerahkan hatinya?
Menurutku, novel ini cukup menarik untuk teenlit yang
ditujukan bagi remaja. Beberapa lelucon dalam novel ini mampu membuatku tertawa
dan beberapa lukisan tentang hati Uki mampu membuatku merasakan sakitnya.
Sebenarnya, kalau aku jadi Uki aku pasti akan langsung memilih Dido. Sudah
sangat terlihat jelas Dido itu sangat perhatian dan ‘pantang menyerah’. Ia
pantang menyerah walau sudah mengetahui bahwa Uki tidak menyukainya. Yah,
bagaimanapun, hati tidak bisa dipaksakan, rasa itu akan mengalir apa adanya
kan? :p
Di dalam novel ini juga banyak terdapat puisi-puisi indah
yang menggetarkan hati dan kata-kata mutiara pembangkit semangat. Overall, aku
sangat menikmati novel ini. Dan aku pikir, novel ini sangat cocok untuk anak
SMA atau pecinta novel teenlit^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar