Kamis, 18 April 2013

[Review] Ketika Hujan by Orina Fazrina


Judul : Ketika Hujan 
Penulis : Orina Fazrina
Tebal : 130 halaman
Penerbit : Chibi Publisher 
Tahun terbit : 2013
Harga : Rp. 30.000
Sinopsis :
Hana hanya ingat malam itu ia merasa sangat marah. Ia memukul-mukul boneka pemberian Otou-san hingga kelelahan dan tertidur. Saat terbangun paginya, ia menyadari ada yang berubah. Ia menghindari papanya. Benci pada hujan dan aroma basahnya. Benci pada suara petir yang kadang-kadang mengiringi kehadirannya. Ada hal lain lagi. Hana tak suka dekat-dekat dengan laki-laki.

Kehidupan terus berjalan. Namun ada sesuatu yang sadar atau tidak akan terus hidup dalam ingatan. Enggan untuk menghilang. Sesuatu itu disebut kenangan.

Menjadi kenangan itu menyakitkan. Namun lebih menyakitkan lagi jika tak dikenang.
Hana tidak ingin merasakan cinta, tidak ingin terluka seperti Okaa-san. Bagi Hana untuk apa mencintai kalau rasa itu tak bisa dipastikan akan bertahta selamanya. Kini kehadiran kembali kedua sahabat masa kecilnya, Dino dan Adrian menggoyahkan perasaannya. Tapi sebelum dia bisa memutuskan untuk membuka hati, Hana harus menemukan kembali ingatan masa lalunya.

Ingatan yang dilupakan itu bagaikan kotak Pandora. Dan seharusnya kotak itu tak pernah dibuka.

Ketika hujan, Hana terlihat begitu tersiksa. Begitu juga ketika ia dekat dengan seorang cowok. Ia akan segera mengambil langkah seribu, termasuk ketika ia dan Dino berada pada jarak kurang dari 3 meter. Tapi, ada alasan tersendiri mengapa ia tidak mau berada dekat dengan Dino.

Menurutku, novel ini bagus. Menyajikan cerita tentang sakit hati, penghianatan dan masa lalu yang menyakitkan. Hana membenci hujan karena masa lalunya, membenci laki-laki juga karena masa lalunya. Masa lalunya terlalu mengerikan bagiku. Aku tidak bisa membayangkan jika aku mengalami hal yang seperti itu. Saat membaca buku ini, aku merasa kasihan pada Hana yang terlihat begitu tersiksa ketika hujan turun, bagaimana jika hujan turun seharian? Aku tidak bisa membayangkan bagaimana caranya ia melewati hari itu.

Kisah tiga bersahabat juga cukup menarik untuk diikuti. Persahabatan yang berakhir dengan cinta segitiga menambah serunya novel ini. Dino dan Adrian yang memiliki ego masing-masing tidak ingin dikalahkan. Novel ini memang happy ending, tapi kenapa Adrian berakhir dengan menyedihkan? Padahal aku sangat berharap ia akan mendapat pasangan nantinya. Kisah antara Hana dan ayahnya juga masih ganjal menurutku, mungkin karena aku berharap mereka akan tinggal bersama lagi, tapi ternyata Hana hanya memaafkannya dan berbicara dengannya sebentar (masih dengan sikap dingin tentunya). Di novel ini juga masih ada beberapa typo error.

Yang aku suka dari novel ini adalah di setiap awal bab selalu berisi quote-quote keren, salah satunya adalah
Berdamai. Satu kata yang perlu jutaan menit untuk membuatnya nyata.
Ada juga quote yang terselip diantara percakapan, yang menjadi favoritku adalah
“..., kau tak akan tahu apa itu bahagia, kalau kau tak pernah merasa sedih...”
Setuju banget sama kata-kata itu! Bagiku, bahagia tanpa sedih seperti sayur tanpa garam. Kurang lengkap :p

Well, menurutku, keseluruhan cerita ini bagus. Cocok dibaca sebagai teman ketika hujan turun dengan aroma basahnya :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar