Pertama kali dengar kata
HIV/AIDS itu waktu aku nonton
Wayang Cemblong di rumah keluargaku. Berhubung
Wayang Cemblong itu tipenya komedian, jadilah aku tidak takut dengan
HIV/AIDS itu.
Hari-hari berlalu, bulan pun begitu. Akhirnya tahun juga berganti. Aku naik kelas dan melanjutkan tugasku, belajar di kelas 9. Tepat pada pelajaran
IPA, guruku menjelaskan tentang bahaya
HIV/AIDS. Dari sanalah aku baru menyadari betapa bodohnya aku yang tertawa-tawa waktu menonton
Wayang Cemblong yang membawakan informasi penting.
Kata guruku,
AIDS itu bukan suatu penyakit tapi sangat berbahaya. Sebenarnya, aku tidak mengerti apa yang dikatakan beliau, tapi atas dasar penasaran, akhirnya aku browsing di internet.
Dengan bermodalkan rasa penasaran, laptop dan modem, akhirnya aku mengerti.
AIDS adalah kepanjangan dari
Acquired Immunodeficiency Syndrome, yaitu sebuah sindrome yg disebabkan oleh
HIV (
Human Immunodeficiency Virus ).
Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh. Kalau sistem kekebalan tubuh kita lemah, segala macam penyakit bisa menyerang dengan mudah, dari mulai batuk sampai kanker. Itulah sebabnya mengapa
HIV/AIDS ini sangat berbahaya.
HIV/AIDS ini sudah membunuh puluhan juta orang. Dan dianggap salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Diperingatilah
Hari AIDS sedunia pada tanggal
1 Desember.
HIV itu disebarkan melalui kontak langsung misalnya terkena air liur penderita, memakai jarum suntik bekas penderita atau transfusi darah dengan penderita. Dulu, waktu aku anemia, sempet disuruh transfusi darah tapi aku ngga mau soalnya takut kena
AIDS (kelakuan anak sok dewasa :D)
Oh ya, di
Indonesia, masih banyak yang salah paham dengan penyakit ini. Mereka mengira, jika berdekatan dengan seorang penderita
AIDS, maka mereka akan tertular. Jadi, di
Indonesia, orang-orang yang mengidap penyakit
AIDS tidak hanya merasakan sakit pada jasmani mereka tapi juga rohaninya. Mereka mengalami perlakuan yang tidak pantas. Dijauhi, dicemooh, dan sebagainya.
Kalau aku ketemu dengan seseorang pengidap penyakit
AIDS, yang pertama muncul di benakku adalah rasa penasaran. Aku penasaran bagaimana bisa ia mengidap penyakit tersebut. Aku penasaran bagaimana rasa sakit yang ia rasakan. Dan aku penasaran bagaimana perasaannya menghadapi lingkungan yang sudah tak lagi sama. Aku juga ingin membantunya menghilangkan rasa sakit yang ia rasakan. Paling tidak, mehilangkan rasa sakit di hatinya. Menyadarkan orang-orang terdekatnya agar tidak menjauhinya.